Turnamen sepak bola antarkota Stedenwedstrijden kembali digelar pada tahun 1949 dan diselenggarakan oleh VUVSI/ISNIS (Voetbal Unie van Verenigde Steden in Indonesie/Ikatan Sepakraga Negara Indonesia Serikat), organisasi yang merupakan kelanjutan dari NIVU dan secara resmi berganti nama pada 18 September 1948.
Edisi kali ini menjadi debut MVB/PSM (Macassaarsche Voetbalbond/Persatoean Sepakraga Makassar) yang mewakili kota Makassar dalam kompetisi antarkota. Sementara itu, VBMO/PSMS (Voetbalbond Medan en Omstreken/Persatoean Sepakraga Medan dan Sekelilingnja) yang mewakili kota Medan sempat diundang, tetapi mengundurkan diri pada awal Maret 1949 karena kendala logistik.
Turnamen berlangsung di Batavia sebagai tuan rumah utama, menjadi salah satu penyelenggaraan penting sepak bola antarkota pada masa transisi sosial-politik saat itu.
Peserta:
MVB/PSM Makassar (Macassaarsche Voetbalbond/Persatoean Sepakraga Makassar)
SVB/PSS Soerabaja (Soerabaja Voetbalbond/Persatoean Sepakraga Soerabaja)
VBBO Bandoeng (Voetbalbond Bandoeng en Omstreken)
VBO Batavia (Voetbalbond Batavia en Omstreken)
VSO Semarang (Voetbalbond Semarang en Omstreken)
Format Kompetisi:
Menggunakan sistem liga penuh (round-robin), setiap tim bertanding sekali melawan empat tim lainnya, diawali dengan pertandingan awal (voorwedstrijden), kemduian dilanjutkan dengan pertandingan penentuan juara (kampioenswedstrijden).
Jadwal Kompetisi:
30 April-6 Juni 1949.
Klasemen Akhir:
Pos |
Tim |
M |
M |
S |
K |
SG |
P |
1 |
SVB/PSS Soerabaja 🏆 |
4 |
3 |
1 |
0 |
8-3 |
7 |
2 |
VBBO Bandoeng |
4 |
2 |
1 |
1 |
5-5 |
5 |
3 |
VSO Semarang |
4 |
2 |
0 |
2 |
6-3 |
4 |
4 |
MVB/PSM Makassar |
4 |
0 |
3 |
1 |
2-5 |
3 |
5 |
VBO Batavia |
4 |
0 |
1 |
3 |
2-7 |
1 |
🏆 : Juara
Hasil Pertandingan:
Voorwedstrijden
30 April 1949 - Semarang
Wasit: Daerden
VSO Semarang 2-0 VBO Batavia
Pencerak gol: Lammers 25’, 76’
30 April 1949 - Stadion HBS Tambaksarie, Soerabaja
Wasit: Moh.Sarim
SVB/PSS Soerabaja 0-0 MVB/PSM Makassar
1 Mei 1949 - Semarang
Wasit: De Graaf
VSO Semarang 0-1 SVB/PSS Soerabaja
Pencetak gol: Harry Seeman 20'
1 Mei 1949 - Stadion HBS Tambaksarie, Soerabaja
Wasit: Van de Baeten
VBBO Bandoeng 1-1 MVB/PSM Makassar
Pencetak gol: N.N. (1-1) - Dekkers (0-1)
21 Mei 1949 - Soerabaja
VBBO Bandoeng 2-0 VBO Batavia
22 Mei 1949 - Soerabaja
VBBO Bandoeng 1-0 VSO Semarang
Kampioenswedstrijden
3 Juni 1949 - BVC-terrein, Batavia
VBO Batavia 0-0 MVB/PSM Makassar
4 Juni 1949 - BVC-terrein, Batavia
VBBO Bandoeng 1-4 SVB/PSS Soerabaja
Pencetak gol: Bruininkx (1-0) - Tee San Liong (1-1), (1-2), Hans Herklots (1-3), Janus Manuputty (1-4)
5 Juni 1949 - BVC-terrein, Batavia
MVB/PSM Makassar 1-4 VSO Semarang
Pencetak gol: Kipuw (1-0) - Hiensch (1-1), Lammers (1-2), (1-3), (1-4)
6 Juni 1949 - BVC-terrein, Batavia
VBO Batavia 2-3 SVB/PSS Soerabaja
Pencetak gol: Van der Groen (1-3, pen.), Hutten (2-3) - Liem Tiong Hoo (0-1), Tee San Liong (0-2), Janus Manuputty (0-3)
Juara:
🏆 SVB/PSS Soerabaja
Skuad Juara SVB/PSS Soerabaja 1949[1]
Posisi |
Nama Pemain |
GK |
🇳🇱🇮🇩 Pasqua |
DF |
🇳🇱🇮🇩 Tiong Kiem |
DF |
🇳🇱🇮🇩 Hans Herklots (K) |
MF |
🇳🇱🇮🇩 Hany Seeman |
MF |
🇳🇱🇮🇩 Tan Peng Hua |
MF |
🇳🇱🇮🇩 Saderan |
MF |
🇳🇱🇮🇩 Keis Elmensdorp |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Liem Tiong Hoo |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Van de Waal |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Janus Manuputty |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Tee San Liong |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Van de Rhee |
FW |
🇳🇱🇮🇩 Hyan Bien |
[1] Pada tahun 1949, status kewarganegaraan para pemain sepak bola di Indonesia masih berada dalam masa transisi yang membingungkan. Secara hukum, mereka masih dianggap warga negara Hindia Belanda, sebab kedaulatan resmi baru diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949. Namun secara politik dan identitas, banyak di antara mereka, terutama pemain pribumi, sudah menempatkan diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang baru. Karena itu, penggunaan dua bendera (Merah Putih dan Merah-Putih-Biru) mencerminkan situasi abu-abu yang sedang berlangsung.
Perlu pula dipahami bahwa pada pertengahan 1949, wilayah Republik Indonesia yang diakui secara de facto masih terbatas, hanya mencakup Yogyakarta dan sekitarnya sebagai ibu kota darurat Republik. Sementara kota-kota besar seperti Batavia, Semarang, Soerabaja dan Bandoeng secara administratif masih di bawah kendali Belanda atau negara bagian bentukan Belanda. Kondisi inilah yang membuat identitas kebangsaan para pemain pada masa itu tidak bisa dilepaskan dari dua sisi sekaligus: hukum kolonial Hindia Belanda dan semangat kebangsaan Indonesia yang terus tumbuh.